Bangun Stadion Internasional, Tapi Pembinaan Sepakbola Nol

elangmur - Sabtu, 4 Mei 2024 | 17:32 WIB

Post View : 339

Stadion Manahan Solo- merupakan salah satu stadion bertaraf internasional. Meski kapasitasnya hanya 20.000 penonton. Foto istimewa

Kudus,Elang Murianews-Dalam beberapa hari terakhir muncul di berbagai media-khususnya media online tentang pernyataan Masan yang akan membangun sebuah stadion bertarap internasional di Kudus. “Ini sebagai bentuk perhatian. Ini bentuk dukungan pengembangan sepakbola di Kota Kretek dan tingginya antusias publik. Saya akan mendatangkan investor. Sedangkan sumber pendanaan dari Pemkab, Pemprov, Pemerintah pusat dan pihak ke tiga,” tuturnya, Masan saat ini masih menjabat sebagai Ketua DPRD Kudus Akan mencalonkan diri pada laga pemilihan kepala daerah (Pilkada) November 2024. Dan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).PDIP Kudus dalam Pemilu 2024 meraih 9 “kursi” di DPRD, naik satu kursi dibanding perolehan periode sebelumnya dan mengungguli partai lain.

Tribun barat - Stadion Wergu Wetan Kudus per 23 April 2024 foto Sup.

 Terlepas dari unsur Pilkada ( bupati/wakil bupati) pernyataan Masan yang sudah dua kali terpilih sebagai Ketua DPRD Kudus menarik untuk disimak. Sebab memiliki stadion bertaraf internasional dipastikan terkendala dalam banyak hal dan menuai pro –kontra..

 Namun jika melihat sejarah Persiku yang pernah tampil sebagai peserta kompetisi Divisi Utama PSSI tahun 1994, merupakan fakta jika persepakbolaan di Kota Kretek berhasil menembus kasta tertinggi PSSI saat itu.

 Tapi fakta lainnya, hingga sekarang awal Mei 2024, atau sekitar 30 tahun, justru masih terseok-seok di Liga 3, kasta terendah. Itu bukan disebabkan tidak memiliki fasilitas stadion standar- apalagi standar internasional. Tetapi lebih dikarenakan mutu- prestasi merosot- tersaingi kabupaten/kota lain. Meski di tahun 2023, tim sepakbola Kudus mampu meraih medali emas dalam ajang Pekan olahraga provinsi (Porprov) Jawa Tengah ke-16. Dan saat ini Persiku juga tengah berlaga di ajang kompetisi Liga 3 nasional 2023/2024.

Lemah di pembinaan

 Jika Persiku lolos ke Liga 2 seperti yang diinginkan banyak warga Kudus, dipastikan bakal mengalami lebih banyak kendala. Salah satu diantaranya menyangkut pendanaan, yang tidak boleh lagi ditunjang dari APBD. Sesuai regulasi yang ada, APBD hanya bisa menganggarkan untuk pembinaan dan statusnya Liga 3.

  APBD digelontorkan melalui Dinas pendidikan pemuda olahraga (Disdikpora), lalu turun ke Komite Olahraga Nasional Indonesia(KONI) dan baru ke Asosiasi kabupaten (Askab)/PSSI.

 Dalam mengelola sepakbola, sebenarnya PSSI sudah menerbitkan Buku Panduan Format Game Kompetisi. Berisi kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia yang membagi masa pembinaan menjadi 4 fase: 1. Fase Kegembiraan Sepakbola (6-9 tahun). 2. Fase Pengembangan Skill Sepakbola (10-13 tahun). 3. Fase Pengembangan Permainan (14-17 tahun). 4. Fase Penampilan (18 tahun ke atas).

 Askab Kudus dan KONI nya nampaknya tidak melakukan sepenuhnya hal itu. Paling tidak yang sangat sederhana menyangkut “kepemilikan” data. Seperti jumlah Sekolah Sepak Bola (SSB) beserta pelatih, pemain, lapangan, sumber dana, hingga program kerjanya. Dengan demikian, tahapan pembinaan sepakbola di Kudus hanya terlihat “abu-abu”.

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single