Rekor Dunia, Potong Padi Dengan Ani Ani

elangmur - Jumat, 5 Juli 2024 | 21:37 WIB

Post View : 193

Rekor Dunia- memotong padi dengan ani-ani di areal pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan Kamis 6 Juli 2024. Foto :istimewa

Grobogan, Elang Murinews- "Merupakan suatu kebanggaaan berada di sini, untuk mengapresiasi momentum bersejarah. Tidak hanya rekor Indonesia, namun ini menjadi rekor dunia. Pemecahan rekor panen padi menggunakan ani-ani dengan jumlah pemetik terbanyak. Tercatat sebagai rekor MURI yang ke 11.709," kata Sri Widayati perwakilan Museum rekor dunia indonesia (MURI) saat  menyerahkan piagam– pada acara Panen Padi oleh Pemetik Terbanyak Menggunakan Ani-Ani, Kamis (4/7/2024) di areal pertanian padi belakang Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan . Dengan total  762 pemetik padi yang berasal dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah hingga bupati dan pejabat setempat.

                Sedang menurut Bupati Grobogan,  Sri Sumarni, pemecahan rekor Muri kali ini begitu berkesan mengingat keberadaan ani-ani perlahan tergerus zaman. "Ini menjadi nostalgia tersendiri. Dulu panennya pakai ani-ani, sekarang sudah pakai combine dan sebagainya. Ini membuat kita mengenang zaman dulu," ujarnya.             

Ani-ani- pemotong padi jaman doeloe yang kini sebagian besar digantikan dengan mesin. Foto Istimewa

Ani ani adalah bahasa Jawa - artinya  alat pemotong padi terbuat dari kayu dan bambu yang saling menyilang dengan pisau kecil yang ditancapkan pada bagian muka kayu. Konon ani ani kali pertama kali digunakan di Purwokerto Jawa Tengah,

                Menurut laman Jantra Kemdikbud, Budaya Jawa sangat dekat dengan unsur tanah. Orientasi kehidupan sehari-hari berpusat pada keselarasan antara dirinya sebagai makhluk manusia dengan alam sebagai kesatuan bagian yang lebih luas.

               Upaya manusia Jawa dalam menjaga hubungan baik dengan alam dapat dilihat pada penggunaan ani-ani saat proses panen padi di sawah. Konsep penghormatan kepada Dewi Sri atau Dewi Padi oleh masyarakat Jawa mendasari praktik budaya ini.

             Menjaga Dewi Sri sama halnya dengan menjaga alam. Demikian juga sebaliknya. Ani-ani tidak hanya dilihat sebagai benda material, tetapi juga memiliki makna mendalam khususnya bagi para pendukung kebudayaan itu sendiril

             Masyarakat Jawa yang kehidupannya berpusat pada unsur agraris, tanaman padi dipersonifikasi sebagai Dewi Sri. Belum diketahui secara pasti sejak kapan mitos Dewi Sri ini berkembang di masyarakat Jawa Tengah.

          Dalam Serat Centhini Kadipaten koleksi Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, yang penulisannya digagas oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amengkunegara III pada tahun 1742 Saka atau 1814, pada jilid I dijelaskan mengenai kisah Dewi Sri.

        Ki Ajar, seorang tokoh dalam Serat Centhini tersebut, digambarkan sedang menjelaskan kepada tokoh Jayengsari bahwa Dewi Sri masih dipercaya orang Jawa hingga sekarang. Kepercayaan terhadap keberadaan Dewi Sri ini mendasari orang Jawa melakukan berbagai ritual, termasuk sebelum memanen padi disertai membuat sesaji berupa kembang boreh wangi, pisang, sirih segar, tikar baru, dan kain putih dengan harapan Dewi Sri mau berkunjung.

             Sedang Kabupaten Grobogan seniti tercatat sebagai produsen padi tertinggi di Jawa Tengah dan peringkat tujuh nasional yang mampu memproduksi padi hingga 800 ribu ton lebih. Bahkan produksi tanaman jagung bisa mencapai 835 ribu ton tertinggi di tingkat nasional.(sup)

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single