Kudus,Elangmurianews- Desa Wisata Rahtawu Kecamatan Gebog Kudus, siap menerima kunjungan wisatawan dalam rangka liburan Lebaran-Idul Fitri 2024. Dan mentargetkan mampu menyedot pengunjung hingga sekitar 30.000 orang selama sepekan. Terhitung sejak hari ke-3 hingga hari ke-10.
Target tersebut menurut Kepala Desa Rahtawu Didik Rasmadi, Minggu (7/4/2024) cukup realistis, karena desa wisata ini memiliki cukup banyak destinasi wisata. Seperti Puncak 29, Abiyoso Natas Angin sebagai jalur pendakian gunung. Rahtawood highland, air terjun kali banteng, kulineran di sepanjang sungai. “Masih ditambah berbagai lokasi wisata religius. Dari pertapaan/petilasan Eyang Sakri hingga Eyang Mada/Gajah Mada, Kami juga belajar dari kekurangan dalam penyambutan pada even-even sebelumnya “ ujarnya.
Puncak sanga likur (29) atau Saptorenggo dengan ketinggian . 1.602 meter di atas permukaan laut. Salah satu diantara tiga puncak tertinggi dari Gunung Muria. Dua puncak lainnya, Argo Jembangan Desa Japan 1.529 meter dan Rahtawu Desa Rahtawu 1.500 meter.
Sebelum mencapai Puncak , menurut Mantri Kehutanan RKPH Ternadi, Nur Hamid, terlebih dahulu melewati hutan lindung Bunton. Saat ini ditumbuhi berbagai jenis pohon/kayu. Seperti Tegaron, Mranak, Jangkar, Lo, Gantungan, Laban, Pakis , Dadap dan Salam. Termasuk berbagai jenis batuan ukuran besar besar. Tidak terlalu luas, tapi kondisinya cukup terjaga, sehingga otomatis sumber mata airnya juga tidak terganggu. “Di sini juga ada sendang- tepatnya belik Bunton. Ukurannya hanya sekitar 150 x 80 centimeter saja. Tapi airnya yang sangat jernih ini sering dikomsumsi warga yang hendak naik menuju Puncak Sangalikur (29). Konon airnya berkhasiat”
Tradisi Megalitik
Menurut hasil penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Balai Arkeologi Jogya tahun 1988/1999, di Desa Rahtawu terdapat tradisi satu syura adalah peninggalan tradisi megalitik yang berkembang antara 2.500 – 1.500 tahun sebelum Masehi (untuk gelombang tua) dan lebih kurang 1.000 tahun sebelum Masehi ( untuk gelombang muda).
Megalitik asal kata “mega” artinya besar dan “lithos” artinya batu, sehingga artinya batu besar dan maksudnya adalah peninggalan purbakala yang berupa batu-batu besar “Namun inti pokok pengertian megalitik sebenarnya tidak terletak pada ukuran batunya yang besar- besar, melainkan pada latar belakang pendiriannya, yaitu pemujaan arwah nenek moyang” tutur Diman Suryanto selaku ketua tim survei/penelitian .
Dari hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang erat antara upacara pemujaan nenek moyang dengan monumen-monumen dari batu kecil , batu besar atau bahan lain. Bahkan dapat dilakukan tanpa monumen samasekali.
Sedang manifestasi ide megalit telah begitu meresap dalam segala segi kehidupan masyarakat sepanjang masa, sehingga tanpa upacara yang lengkappun orang dapat dianggap melakukan upacara megalitik. Seperti kebiasaan semedi (meditasi) di depan onggokan atau timbunan batu.