Antara Sunan Muria dan Sewu Kupat.

elangmur - Selasa, 16 April 2024 | 20:53 WIB

Post View : 1099

Sewu kupat- ritual gunungan kupat,lepet,hasil bumi seputar Desa Colo Gunung Muria, yang berlangsung setiap bada kupat. Foto istimewa .

Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah (putri Sunan Ngudung dan merupakan adik dari Sunan Kudus). Dari pernikahannya dengan Dewi Sujinah, Sunan Muria di karuniai seorang anak bernama Raden Saridin atau dikenal dengan nama Syekh Jangkung. Selain itu, Sunan Muria juga menikah dengan Dewi Roronyono (putri dari Ki Ageng Ngerang dan Nyi Ageng Ngerang). Lalu Sunan Muria dikaruniai tiga orang anak, Sunan Nyamplungan, Raden Ayu Nasiki dan Pangeran Santri. Selain itu, Sunan Muria, juga mewariskan ilmu yang dikenal Tapa Ngeli.

                Menurut , Muchammad Zaini, pimpinan Kampung Budaya Piji Wetan Dawe Kudus,  Tapa Ngeli adalah sebuah falsafah yang relevan diterapkan hingga akhir zaman. Dan secara harfiah Tapa adalah bertapa, menyepikan diri dari keramaian sekitarnya. Sedangkan Ngeli adalah menghanyutkan diri.

                Dua kata itu tampak bersebrangan secara makna, karena tidak mungkin bagi seseorang bisa menyepi tetapi masih harus mengikuti perkembangan yang ada disekitarnya. Namun, justru dari sisi itu lah tampak kehebatan Sunan Muria. Yakni bisa menggabungkan dua hal yang berbeda menjadi selaras, seirama untuk membentuk sebuah pola. Maka, dalam tingkatan lain, Sunan Muria terlebih dahulu mencetuskan ajaran Tapa Ngrame (bertapa dalam keramaian) untuk melatih hati dan mental dalam menghadapi Tapa Ngeli.

                Sunan Muria dengan Tapa Ngeli-nya, berharap bisa menumbuhkan tunas kesalehan dalam menjalani kehidupan berbangsa. Jika dimaknai lebih dalam lagi, ajaran Tapa Ngeli mengajak manusia agar bisa menyesuaikan diri dengan zamannya tanpa harus terbawa oleh arus yang ada. Ajaran Tapa Ngeli mengajak manusia supaya “zuhud” dalam bidang apa saja.

                Selain Tapa Ngeli, Tapa Ngrame, Sunan Muria juga dikenal sebagai  pencipta tembang /lagu Sinom  dan Kinanti.  Sebuah tembang yang harus mengingat guru wilangan( bilangan suku kata), guru lagu (patokan bunyi) dan jumlah gatra ( baris sajak). Berbeda jauh/lebih rumit dibanding  seperti mencipta puisi Jawa gagrag anyar atau geguritan.(Sup)

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single