Antara Tari Kretek, Rekor Muri dan Pelestarian

elangmur - Sabtu, 22 Februari 2025 | 09:17 WIB

Post View : 448

Penari Tari Kretek- yang berada di Sanggar Tari Puring Sari . Foto : puring sari

                 Bagi penduduk Kudus sifat animisme dan dinamisme ini tampaknya tidak berubah, justru bertambahnya dengan timbulnya suatu akulturasi (kultur baru dari beberapa kultur). Misalnya pada upacara Buka Luwur (penggantian kelambu makam) ,baik sunan Kudus, maupun Sunan Muria. Orang datang berbondong-bondong dengan berbagai maksud, ada yang ingin mendapatkan sobek kain Luwur untuk dijadikan jimat, atau ada pula yang berharap mendapatkan sebungkus nasi, nasi dikeringkan, lalu ditaburkan di pesawahan agar subur dan sebagainya.

                Rekor Muri - juga dianggap penting untuk mendorong masyarakat Indonesia semakin maju dan berusaha mencatatkan namanya. Muri yang telah menjadi lembaga swadaya masyarakat juga bertugas menghimpun data, serta menganugerahkan prestasi superlatif dan karya dari masyarakat Indonesia yang ada. Menurut Jaya Suprana , pendiri Muri : pencatatan rekor menjadi penting karena  menjadi kekayaan intelektual dan warisan budaya kita. Dapat memantik kesadaran masyarakat, menginspirasi masyarakat banyak, dapat menjaga kondisi pikiran dan menta, serta  tidak mengedepankan ego.(Sup.)

Logo Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri)- yang didirikan Jaya Suprana Foto istimewa.

 

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single